Aku tinggal di sebuah sekolah Otonom berasrama. Hari itu bertepatan
dengan acara Maulid Nabi Muhamad SAW terpanjang se-Jakarta Timur. Acara Maulid
Nabi dilaksanakan di depan sekolahku. Sesudah magrib pintu depan sekolahku
sudah ditutup supaya tidak mengganggu acara itu. Sebelum magrib aku, dua
temanku dan satu adik dari temanku keluar sekolah. Sebelum itu kami
merencanakan bagaimana kami ber-empat bisa masuk lagi ke sekolah lewat dari
magrib.
Kami sudah bertekat untuk memanjat dinding sekolah supaya sampai dalam
sekolah. Saat itu tiba. Awalnya kami ingin memanjat lewat jendela ruangan Lab
komputer. Jika kami lewat jalan itu kami harus melewati kuburan, adik temanku
ketakutan jika harus lewat jalan itu. Ada satu jalan lagi yaitu melewati
jendela kantor sekolah. Kami menghubungi teman yang bisa membantu dari dalam
ruangan. Akhirnya Ghazali teman kami bersedia membantu untuk menolong. Satu per
satu dari kami harus menaiki meja dan bangku, lalu menanjat dinding hingga
menggapai jendela kantor yang berada di lantai dua.
Sebelum memanjat kami meminta izin kepada tetangga dan menjelaskan
kenapa kami melakukannya. Seorang bapak-bapak mengizinkan kami untuk memanjat,
tetapi ia agak takut kalau kami jatuh. Tapi kami mencoba meyakinkan bapak itu
dan ia percaya kalau kami tidak akan jatuh.
Pertama aku mencoba memanjat dinding dan hampir mematahkan genteng
tetangga. Entah bagaimana aku berhasil sampai dalam sekolah berkat bantuan
Ghazali yang menarikku dari dalam. Kedua giliran adik temanku yang kira-kira
umurnya delapan tahun, ia pun berhasil. Ketiga temanku yang memiliki berat
badan kira-kira 55 kg. Di sinilah puncak permasalahan kami. “Kreeek!!” Temanku itu
menginjak genteng tetangga hingga patah, tetapi dengan kehendak lain ia dapat
menggapai jendela kantor.
Seorang temanku yang masih ada di bawah pun meminta maaf kepada tetangga
yang menjadi korban. Kami berjanji untuk memperbaiki gentengnya pada esok
harinya. Terakhir temanku yang masih di bawah memanjat hingga ia berhasil tanpa
menambahkan kerusakan genteng itu.
Kami semua selamat dengan beberapa goresan yang menempel di tubuh akibat
tergeser genteng dan dinding. Perasaan tak enak kapada tetangga pun masih
melekat dalam pikiranku. Kami berencana akan memberi tahukan kejadian ini kepada
rektor dan pengurus sekolah barangkali mereka mau menerima alasan kami dan
membantu memperbaiki genteng tetangga.