Minggu, 25 Maret 2012

Tantangan atau Masalah?


Aku tinggal di sebuah sekolah Otonom berasrama. Hari itu bertepatan dengan acara Maulid Nabi Muhamad SAW terpanjang se-Jakarta Timur. Acara Maulid Nabi dilaksanakan di depan sekolahku. Sesudah magrib pintu depan sekolahku sudah ditutup supaya tidak mengganggu acara itu. Sebelum magrib aku, dua temanku dan satu adik dari temanku keluar sekolah. Sebelum itu kami merencanakan bagaimana kami ber-empat bisa masuk lagi ke sekolah lewat dari magrib.
Kami sudah bertekat untuk memanjat dinding sekolah supaya sampai dalam sekolah. Saat itu tiba. Awalnya kami ingin memanjat lewat jendela ruangan Lab komputer. Jika kami lewat jalan itu kami harus melewati kuburan, adik temanku ketakutan jika harus lewat jalan itu. Ada satu jalan lagi yaitu melewati jendela kantor sekolah. Kami menghubungi teman yang bisa membantu dari dalam ruangan. Akhirnya Ghazali teman kami bersedia membantu untuk menolong. Satu per satu dari kami harus menaiki meja dan bangku, lalu menanjat dinding hingga menggapai jendela kantor yang berada di lantai dua.
Sebelum memanjat kami meminta izin kepada tetangga dan menjelaskan kenapa kami melakukannya. Seorang bapak-bapak mengizinkan kami untuk memanjat, tetapi ia agak takut kalau kami jatuh. Tapi kami mencoba meyakinkan bapak itu dan ia percaya kalau kami tidak akan jatuh.
Pertama aku mencoba memanjat dinding dan hampir mematahkan genteng tetangga. Entah bagaimana aku berhasil sampai dalam sekolah berkat bantuan Ghazali yang menarikku dari dalam. Kedua giliran adik temanku yang kira-kira umurnya delapan tahun, ia pun berhasil. Ketiga temanku yang memiliki berat badan kira-kira 55 kg. Di sinilah puncak permasalahan kami. “Kreeek!!” Temanku itu menginjak genteng tetangga hingga patah, tetapi dengan kehendak lain ia dapat menggapai jendela kantor.
Seorang temanku yang masih ada di bawah pun meminta maaf kepada tetangga yang menjadi korban. Kami berjanji untuk memperbaiki gentengnya pada esok harinya. Terakhir temanku yang masih di bawah memanjat hingga ia berhasil tanpa menambahkan kerusakan genteng itu.
Kami semua selamat dengan beberapa goresan yang menempel di tubuh akibat tergeser genteng dan dinding. Perasaan tak enak kapada tetangga pun masih melekat dalam pikiranku. Kami berencana akan memberi tahukan kejadian ini kepada rektor dan pengurus sekolah barangkali mereka mau menerima alasan kami dan membantu memperbaiki genteng tetangga.