Selasa, 15 Februari 2011

Sejarah Penas

Hutan-hutan memenuhi daerah Penas pada sekikar tahun 1963. “Saya sangat takut pada waktu malam sepulang kerja, melewati hutan yang menyeramkan” Kata bu Amah yang sekarang masih menetap di Penas. Bu Amah juga pernah meninggalkan Penas dan bertempat tinggal di Halim. Kali di Penas masih bening dan terlihatnya ikan-ikan di sana. Kali itu juga biasa digunakan untuk mandi, nyuci baju, nyuci beras dan menyerok sampah pada waktu banjir tiba.
Masih 10 keluarga yang bertempat tinggal di sana. Walaupun begitu kehidupan dulu masih tidak aman seperti kantib yang masih menggusur rumah-rumah yang terbuat dari bambu. Ketika kantib datang, mereka pergi, dan setelah rumah mereka sudah hampir rubuh mereka bangun kembali. Dan seperti itulah mereka hidup pada sebelum terbentuknya pemimpin daerah seperti ketua RT. Setelah terbentuknya ketua RT daerah itu semakin aman dan tak ada lagi kantib yang berani menggusur Penas. Kegiatan gotong-royong pun dibentuk.
Warga juga bertambah banyak seperti dibaginya beberapa wilayah seperti Penas Tanggul, Penas Kaleng, dan Sentiong. Melihat keadaan sekarang daerah yang dulunya rawan oleh hutan tetapi sekarang semua sudah berubah total. Rumah-rumah bertambah banyak dan tidak lagi terbuat dari bambu melainkan batu-bata, di antara kali dan rumah sudah diberi pagar bambu, tapi yang menyedihkan adalah kali yang bening berubah menjadi hitam. Banyak sampah di dalamnya pernah munculnya ular. “Harapan saya agar Penas bisa tentram dan damai tak ada penggusuran lagi seperti dulu.” Dengan wajah yang sudah tua bu Amah mengucapkan harapannya.

Lembaran Baru

Kutinggalkan semua
Meninggalkan penyelesalanku
Meninggalkan dukaku
Meninggalkan sukaku
Kini kumelupakan semuanya
Membuka lembaran baru
Di Negeri ini, di Kota ini
Aku kembali menjadi orang semangat
Walaupun dengan sedih kumelupakannya
Tetap aku akan semangat
Begitu pedih masa lalu
Yang ada hanya menangis, menangis dan menangis
Di sini kukan kejar cita-cita
Kukan raih impian
Masa lalu telah hilang
Masa lalu telah kutinggalkan

Sabtu, 12 Februari 2011

Kehidupan

Saat aku di kandungan ibu
Aku merasakannya kehangatan di dalam sana
Mengalirnya makanan-makanan ibu ke dalam perutku
Akan tiba saatnya melihat dunia
        Ternyata memang benar
        Tangisan itu membuat semua orang bahagia
        Allah memang sangat mulia
Diciptakan-NYA aku dengan normal
Masa bayi, kanak-kanak, semua itu telah berlalu
Kini aku telah dewasa
Diberi-NYA aku berbagai macam cobaan
Dan kemudian cobaan itu terlewati
        Aku mulai tua dan rentan
Aku sudah tidak bisa apa-apa
Dan di saat itulah ajal menjemputku
Tak ada yang bisa menahanku untuk pergi