Rabu, 04 Januari 2012

Diana dan Ratih


Saat itu tepatnya jarum pendek ingin menuju ke angka sebelas, Diana sudah menyuap dua suapan tangannya. Tiba-tiba telepon genggam qwerty berbunyi menandakan ada sebuah pesan yang harus dibaca. Pesan singkat itu berbicara kalau Ratih, teman Diana sejak SMP terjebak hujan dalam perjalanan pulang dari rumah Diana menuju rumahnya. Bergegas Diana langsung mengambil dua buah payung yang berada tepat di depan matanya. Salah satu payung itu berwarna merah jambu dan bentuknya seperti tongkat orang buta. Lain dari itu berwarna merah ati dan dalamnya perak. Payung yang itu harus ditarik gagangnya agar memanjang tak seperti payung merah jambu yang tangkainya sudah menjulur panjang. Tanpa menunggu seorang pangeran menemaninya Diana mengambil langkah besar-besar meninggalkan makanan yang belum ia habiskan.
Gelegar petir dan derasnya hujan setia menemani Diana yang sebenarnya  juga ketakutan akan itu. Dalam perjalanan Diana fokus menatap ke arah depan, tak perduli  genangan air dan lumpur-lumpur lembek membasahi kaki dan celana pendek kotak-kotaknya. Kanan dan kiranya terdapat pula pohon yang menjulang tinggi hingga ia tak berani menatap ke atas. Tanpa ia sadar celana kotak-kotaknya sudah basah kuyup dan dekil akibat percik-percik lumpur yang melekat. Setelah menyadari itu ia lebih cepat untuk melangkah besar-besar.
Seorang perempuan yang mengikat rambutnya sepanjang punggung memanggil Diana yang masih melangkah cepat-cepat. Langkah Diana terhenti oleh Ratih yang sedari tadi menunggu kedatangan temannya itu. Ratih yang ditemani seorang laki-laki berdarah minang itu tersenyum melihat kedatangan Diana, mereka berdua ternyata sudah dari tadi menunggu sambil kedinginan.
Mereka bertiga pun tak menunggu lama untuk memutuskan menemani Ratih pulang sampai depan rumahnya. Tak sama lainnya dengan perjalanan Diana menenui mereka, yang berbeda hanya celana Diana lebih basah. Tak ada sama sekali penghuni rumah yang duduk di depan rumah yang setiap kali mereka lewati. Mereka lebih terlihat laiknya tiga babi tak berdosa saat menginjak lumpur.
Sebenarnya Diana sangat lelah ketika melihat rumah yang ingin dituju, tapi mau apalagi saat itu pula ia harus pulang kembali menuju rumahnya dan melanjutkan makanan yang belum habis.

2 komentar:

  1. Weowh mbak! Singkat, tapi bermakna. dengan perbendaharaan kata yang semakin bagus dan meningkat, karya mbak sangat puitis layaknya karya Pramoedya ataupun Enid Blyton! Bagus. akupun belum mempunnnyai the new paper on this new year. Sukses buatmu Mbak! Owhyah mabak..,,,, Apakah kita jadi roadshow???

    BalasHapus
  2. Aku lupa,,, judulnya,, Menarik! bkin penasaran.Aku suka banget!!!!! Thanks ya buat perkembangan karya mbak. Aku suka! good luck for our Akaros!

    BalasHapus